Golput ; Studi pada Mahasiswa UIN Malang

Seperti halnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga berada pada sistem pemerintahan yang tonggak kepemimpinannya dipegang oleh presiden, yang tentunya presiden mahasiswa juga dipilih melalui pemilihan umum (PEMILU) sebagaimana rakyat Indonesia memilih presidennya.

Pemilu Raya atau PEMIRA adalah agenda tahunan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dalam rangka menyongsong keberadaan Organisasi Mahasiswa Intra Kampus (OMIK), namun agaknya pemilu raya di UIN Malang ini tidak dianggap penting atau bisa juga dikatakan telah kehilangan kelamin dibadannya sendiri, bagaimana tidak jumlah partisipan dalam PEMIRA tahun 2014 ini tidak melebihi 25% dari jumlah keseluruhan mahasiswa UIN Malang, hal ini juga sangat kontradiktif dengan laporan liputan salah satu reporter psikologi yang membertikan pernyataan ketua KPU PEMIRA UIN Malang bahwa jumlah pemilih pada pemilu raya tahun 2014 mencapai 70% dari jumlah keseluruhan mahasiswa UIN, padahal berdasarkan berita acara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dari masing-masing fakultas didapatkan data sebagai berikut:

 

Fakultas

Jumlah Pemilih

Jumlah Mahasiswa

Tarbiyah

357

2087

Syariah

286

1094

Humaniora

404

1495

Psikologi

201

779

Ekonomi

341

1269

SAINTEK

452

2479

Total

2041

9203

 

            Berdasarkan data jumlah pemilih dan jumlah keseluruhan mahasiswa diatas sudah terlihat dengan jelas dan dapat disimpulkan bahwa perilaku tidak peduli dan tidak tanggapnya mahasiswa terhadap rangsangan sosial ini merupakan bentuk apatisme mahasiswa pada organ-organ intra kampus, padahal jika ditinjau dari fungsinya organ tersebut merupakan ujung tonggak kepemimpinan dalam keberlangsungan organisasi intra kampus ditataran republik mahasiswa UIN Malang, organ-organ itu sendiri meliputi Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan Senat Mahasiswa (SEMA).

Kajian non-voting behavior atau perilaku tidak memilih ini agaknya harus diulas lebih mendalam karena sikap non-voting behavior ini sangat mempengaruhi jalannya perpolitikan dan kelembagaan organisasi intra kampus di UIN Malang dan jika dibiarkan terus menerus maka tingkat apatisme mahasiswa UIN Malang bisa jadi akan semakin menuai kritis. Seperti yang diungkapkan sebelumnya non-voting behavior atau perilaku tidak memilih atau jika kita berbicara dalam ranah perpolitikan perilaku ini merupakan perilaku golput (golongoan putih) yang mana golput merupakan mereka yang dengan sengaja dan dengan suatu maksud dan tujuan yang jelas menolak memberikan suara dalam pemilu, sedangkan sikap orang-orang golput menurut Arbit Sanit (1992) yakni Pertama, menusuk lebih dari satu gambar partai. Kedua ,menusuk bagian putih dari kartu suara. Ketiga, tidak mendatangi kotak suara dengan kesadaran untuk tidak menggunakan hak pilih (dalam Arianto, 2009).

Di Indonesia golput itu sendiri juga digolongkan menjadi dua kelompok, kelompok golput Pertama, adalah kelompok golput awam. Yaitu mereka yang tidak mempergunakan hak pilihnya bukan karena alasan politik, tetapi karena alasan ekonomi, kesibukan dan sebagainya. Kemampuan politik kelompok ini tidak sampai ke tingkat analisis, melainkan hanya sampai tingkat deskriptif saja. Kedua, adalah kelompok golput pilihan. Yaitu mereka yang tidak bersedia menggunakan hak pilihnya dalam pemilu benar-benar karena alasan politik. Misalnya tidak puas dengan kualitas partai politik yang ada. Atau karena mereka menginginkan adanya satu organisasi politik lain yang sekarang belum ada. Maupun karena mereka mengkehendaki pemilu atas dasar sistem distrik, dan berbagai alasan lainnya. Kemampuan analisis politik mereka jauh lebih tinggi dibandingkan golput awam. Golput pilihan ini memiliki kemampuan analisis politik yang tidak cuma berada pada tingkat deskripsi saja, tapi juga pada tingkat evaluasi ( Ali dalam Arianto, 2009).

Oleh karena itu perlu adanya rancangan dan langkah konkrit dalam mencegah perilaku golput yang selama ini terjadi agar tidak terulang kembali atau setidaknya manambah jumlah partisipan pemilu raya pada tahun berikutnya, hal ini tentu demi terwujudnya republik mahasiswa yang dinamis, progresif, dan meningkatkan bargening position organisasi mahasiswa intra kampus di UIN Malang.

Tenyata, Semua Lelaki Abnormal

Katanya, lelaki itu bisa berpikir lebih logis daripada perempuan. Lebih-lebih didukung dengan stikma masyarakat yang memandang bahwa lelaki itu memiliki logika yang jauh lebih tinggi daripada perempuan, tak hanya itu manusia bahkan diberi dogma berbentuk kitab suci yang didalamnya mengatakan perempuan memiliki logika dan akal berbanding 1:9 dan lelaki? Sebaliknya.

Katanya, lelaki itu lebih pintar

Katanya, lelaki itu lebih cerdas

Katanya, lelaki itu lebih tangguh

Katanya, lelaki itu lebih dan lebih daripada perempuan yang dengan segenap ketangguhannya melawan nyawanya sendiri untuk mengeluarkannya dari rahim selama sembilan bulan lamanya. Padahal kelahirannya bukanlah sebagai lelaki, atau perempuan, kelahirannya hanya sebatas manusia yang tak tau apa-apa dan tiba-tiba keluar dari rahim seorang perempuan yang kebetulan memiliki keadaan biologis yang bisa disebut lelaki. Lantas, apakah seketika itu juga lelaki bisa disebut tangguh,cerdas, dan pintar? Apakah keadaan biologisnya yang kebetulan berjenis kelamin lelaki membawa segenap sifat pintar,tangguh, dan cerdasnya? Silahkan mainkan logika anda wahai lelaki.

Ada beberapa kebodohan lelaki yang tidak ia sadari seumur hidupnya, dilihat dari keadaan remaja saat ini lelaki tak menyadari bahwa sebenarnya dia tak diakui oleh masyarakat namun dia merasa bangga memilikinya. Dia merasa tangguh jika sudah menggunakannya, dia merasa memiliki kedudukan yang tinggi jika sudah menceritakannya keberbagai teman dekatnya, intinya dia merasa bangga atas keadaannya yang tak dihargai masyarakat ini.

Jika pembaca adalah lelaki, mungkin anda sedang menerka-nerka itu bukan? Anda tak sadar? Tentu.

Katanya, Abnormal itu adalah sesuatu atau tindakan diluar normal atau kebiasaan, lalu bagaimana dengan lelaki-lelaki ini yang bangga dengan ketidakbernilaiannya? Normalnya, seseorang bangga akan prestasi dan nilainya yang tinggi bukan? Tapi ini, tidak. Kemudian apakah saya harus merelakan segenap hati untuk menyampaikan pada pembaca sekalian bahwa lelaki memiliki keabnormalan yang seragam? Hehe

Keperawanan pada perempuan memiliki nilai yang amat serius, keperawanan dianggap sesuatu yang penting dan harus dimiliki oleh perempuan yang masih lajang, keperawanan dijunjung tinggi dan dinilai berharga, begitulah sabda masyarakat kita. Lalu bagaimana dengan keperjakaan yang sangat diagungkan kaum lelaki? Keperjakaan bukanlah sesuatu yang perlu dipertimbangkan, keperjakaan bukanlah sesuatu yang bernilai hal ini berindikasi pada masyarakat yang tak memperdulikan keperjakaan seorang lelaki, keperjakaan bukanlah sesuatu yang bisa mengangkat harkat martabat kaum lelaki, hal ini tak bisa dielak lagi karena begitulah sabda msyarakat kita, yang tak bisa dihindari namun harus kita terima.

Pada hal ini logika berpikir kaum lelaki mungkin tak lagi mencapai eksistensinya, sampai hari ini juga lelaki masih bangga dengan penis dan keperjakannya yang tak bernilai dan diakui. Dengan berat hati saya harus mengatakan bahwa lelaki memiliki sisi abnormal yang seragam, mereka bangga dengan ketidakbernilainnya. Hehe See you!

Pendampingan Remaja, Butuh Kontribusi Yang Nyata

By. Naila Kamaliya

Dalam hidup masa adalah hal yang selalu mendampingi kita, masa yang akan membawa kita pada banyak perubahan, masa juga mengiringi kita selagi tumbuh dan perkembang. Menjadi remaja adalah suatu pencapaian masa pada titik tengah diantara masa anak-anak dan masa dewasa, remaja merupakan masa dimana manusia menjadi setengah anak-anak pun juga setengan dewasa, mengapa demikian? Karena masa remaja atau adolescence adalah masa tumbuh kembang manusia yang mengarah pada kematangan. Kematangan yang dimaksud bukan hanya pada kematangan fisik saja, namun kematangan sosial dan kematangan psikologis. Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut dirasa tidak seimbang dengan perubahan kejiwaannya (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini secara tak sadar membingungkan remaja yang mengalaminya belum lagi organ seksual atau alat-lat reproduksi yang semakin menunjukkan kematangannya.

Sebelum menjadi tua atau dewasa tentu kita pernah menjalani masa-masa remaja ini bukan? Lalu apa yang anda rasakan saat mengalami masa remaja? Nakal, ingin mencoba segala sesuatu, jauh dengan orang tua dan lebih nyaman dengan teman sebaya? Ya, itu memang karakteristik dari perkembangan dimasa remaja, untuk itu remaja memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani, dan sosial. Tak hanya itu remaja juga memerlukan perhatian khusus terkait dengan seksualitas agar tak timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat sehingga menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab.

Pada masa libur yang berbahagia ini, saya dengan saudara saya berniat untuk mengadakan sosialisasi dan pendampingan pendidikan seks untuk remaja dilingkungan sekitar tempat tinggal saya. Ternyata tak semudah yang dibayangkan, untuk mengumpulkan remaja yang tinggal dalam lingkup rukun tetangga yang sama ternyata membutuhkan tenaga dan pengertian yang menarik agar remaja bisa berantusias mengikuti kegiatan yang akan kami lakukan di hari Sabtu, 10 Januari 2014 tepatnya pada pukul 18.15 atau sebut saja dengan malam minggu. Setelah menjaring komunikasi dengan seluruh remaja yang ada di RT.04 ternyata hanya delapan dari 20 remaja saja yang antusias dengan acara yang kami selenggarakan, dengan tempat seadanya yaitu dipendopo halaman rumah saudara saya dan tanpa patah semangat kami menyambut mereka dengan senang hati. Sebelum memulai acara sharing dan diskusi bersama ini, terlebih dahulu saya menanyakan pada remaja-remaja yang sudah hadir mengenai teman-temannya yang urung datang mengikuti acara ini, ternyata mereka memiliki berbagai alasan yang berbeda-beda diantaranya adalah, mereka sibuk malamingguan, kumpul bareng teman sebaya atau gangya, belajar, malas, dan banyak alasan yang terlontar. Oke, dengan orang-orang yang ada kami-pun memberikan stimulus-stimulus untuk memancing pengetahuan mereka mengenai remaja dan seksualitasnya, yang dilanjutkan dengan sharing bersama dan kami selaku fasilitator tak lupa memberikan pengetahuan, pandangan, serata pendampingan agar para remaja khususnya remaja didesa kami tumbuh menjadi remaja yang sehat jasamani, rohani, dan sosial dengan menitik beratkan pada pandangan bahwa organ-organ reproduksi mereka sudah berfungsi dengan baik yang harus digunakan dengan baik pula karena jika tidak, akan menimbulkan resiko yang berbahaya baik resiko kesehatan maupun resiko sosial.

Pertanyaan-pertanyaanpun timbul seiring kami membawa jalannya sharing dan diskusi bersama pada malam itu, salah satu remaja yang bernama Tutut kelas XI SMA melontarkan pertanyaan “Mbak, bagaimana cara kita mengendalikan diri agar tidak terbawa teman-teman yang nakal?” tak hanya itu, pertanyaan selanjutnya datang dari Yunita kelas X SMA “Mbak, teman-teman saya lebih suka kumpul dengan gang motor dan hardcorenya daripada ikut kegiatan sosial masyarakat, lalu bagaimana cara menarik mereka agar para remaja tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak bermanfaat?”. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan dari remaja putra “Lalu bagaimana dengan remaja yang lupa dengan ibadah dan lebih mementingkan belajarnya, apa itu salah mbak? Karna banyak teman saya yang tak bisa membagi waktu antara mengaji dan belajarnya?!” Celetuk Yoga kelas XI SMK. Wooow ternyata menghadapi problem dan masalah dimasyarakat tak semudah belajar teori dikelas perkuliahan, kamipun mencoba memberi pengertian tentang membangun konsep diri yang positif agar mereka mempunyai perisai yang tujuannya mengarahkan mereka pada hal-hal yang positif pula, tak lupa kampipun memberi pandangan tentang akibat yang intinya bila mereka berperilaku negatif maka diri merekalah yang menimpa akibatnya.

Setelah 1,5 jam berlalu, sharing dan diskusi malam ini kita akhiri dengan doa dan sedikit pengumuman untuk mengimbau para remaja agar mngikuti seminar “Menjaga Kemurnian Hati dengan Mengenal Seks” yang akan dilaksanakan esok hari jam 08.00 di Aula SMEA PGRI Sumberpucung dan kebetulan acara ini diselenggarakan oleh kerjasama IPNU Sumberpucung dengan PMII Rayon “Perjuangan” Ibnu Aqil Kota Malang, disini saya sedikit menyimpulkan keadaan remaja saat ini terutama remaja ditempat tinggal saya. Mereka lebih tertuju pada kegiatan-kegiatan hedonis yang sifatnya mengarah pada penyiaan waktu pada hal yang tak bermanfaat, dan ada juga yang cenderung mementingkan kegiatan formal seperti sekolah, mengerjakan PR, bimbingan belajar, dan menafikkan kegiatan yang berbau religi serta sosial. Sambil menggumam dalam hati “apa waktu remaja dulu saya seperti ini yaa..” hehe, dan keesokan harinya kita berangkat bersama-sama untuk mengikuti seminar yang kami maksutkan pada pertemuan malam kemarin.

Sekali lagi, tak semudah mempelajari teori yang ada dibangku perkuliahan, ternyata untuk mengasasmen problematika yang ada dimasyarakat kita perlu memahami dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Bangku kuliah hanyalah bekal untuk melangkah menuju dunia yang sesungguhnya, dunia yang bergelut dengan masyarakat dengan seluruh kerumitannya. Untuk itu kontribusi nyata sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat utamanya kontribusi kita sebagai kaum terpelajar dan berilmu, bolehlah kita menimba ilmu sejauh mungkin, tapi jangan lupakan daerah asal tempat tinggalmu yang sesungguhnya masih membutuhkan pikiran serta tenagamu.

Foto diambil seusai seminar, semoga masih terlihat seumuran ya hehe
Foto diambil seusai seminar, semoga masih terlihat seumuran ya hehe

Perjalanan Sang Angan

Image

By. Naila Kamaliya

Angan, siapa yang tak kenal dia? setiap orang pasti mengenalnya, pun memilikinya. Pejabat, DPR, caleg, guru, dosen, mahasiswa, pengusaha kelas Aburizal Bakrie sampai pedagang cilok-pun pasti memiliki seuntai angan yang entah masih bergantung lepas diatas khayalan atau sudah bersanding dengan kenyataan. Sebagai seorang mahasiswa sayapun suka bermain dengan angan,namun tak sekedar memainkannya ditengah awan khayalan, saya mencoba memainkannya didunia manusia, dunianya realita dan kenyataan. Menggiring angan pada gerbang realita memang tak semudah memainkannya didunia khayalan, angan tak ingin sendiri dia menginginkan sahabat-sahabat karibnya tuk menemani dia.

Saat itu matahari sudah berganti dengan bulan, semilir angin dan seorang sahabat mengajakku menuju warung kopi yang lokasinya tak jauh dari tempat tinggal sementara saya selagi studi di kampus tercinta UIN Malang sebut saja dengan kos-kosan hehe. V coffee adalah sebutan dari warung itu disana saya bertemu sahabat dari sahabat saya dia adalah salah satu pendidik difakultas tempat saya belajar yaitu fakultas psikologi, suasana malam yang bergelut dengan rasa ingin tahu tentang dirinya akhirnya saya memutuskan untuk sedikit membuka pembicaraan kecil dengan dia, banyak informasi yang saya peroleh salah satunya adalah tentang PLC (Psychology Learning Club) yang merupakan komunitas belajar di fakultas psikologi dan baru saja didirikan sekitar 1 minggu sebelum saya bertemu dengannya “PLC sekarang sedang menggarap abstract untuk dikirimkan ke Solo” cletuk beliau, namun entah bagaimana dan mengapa saya sangat tertarik dengan cletukan beliau sampai pada akhirnya beliau menyarankan saya untuk menghubungi mbak Lolita, Lolita adalah kakak tingkat saya difakultas psikologi.

Suggest accepted! Keesokan harinya saya langsung menghubungi mbak Lolita dan dengan segala respon positifnya akhirnya saya ikut kumpul rutinan PLC selagi tidak ada jadwal yang bentrok dengan kegiatan akademik. Ternyata teman-teman disana sedang menyempurnakan abstractnya, guess what?! Saya belum siap dan belum punya partner untuk membuat abstract. Hari itu setelah berkumpul dengan PLCers saya bergegas untuk memasuki kelas bahasa Inggris dengan otak yang masih memikirkan abstract dan seorang partner. Well, I’ve an idea! Saya mencari dan akhirnya menemukan seseorang yang saya rasa cocok sebagai partner selain dia pintar dalam berbahasa Inggris dia juga anak yang rajin dan cerdas, dengan segala daya dan semangat saya mencoba menjelaskan tentang PLC dan agenda PLC, Lucky Me! I found a partner named Wiwin Imanuha. Tak berhenti pada penemuan seorang partner namun lebih jauh lagi, saya harus menemukan subject, serta judul penelitian dengan deadline esok hari! Segala rutinitas disiang haripun telah usai, saat malam hari tiba saya langsung bergegas menemui sahabat saya untuk sekedar sharing tentang penelitian yang akan saya ambil, setelah berdiskusi dari jam 19.00-23.00 akhirnya saya menemukan sebongkah pencerahan, saya menemukan judul dan sekaligus membuat abstraknya dimalam itu juga, the title is “Effect of Tahlilan to The Elderly Well-Being”.

It’s bed time! Tapi anehnya mata dan otak tak berkompromi dengan tubuh yang sudah lelah beraktivitas, otakku terkerumuni oleh angan yang menginginkan sahabat-sahabatnya untuk mendampingi dia didunia nyata dan yang akan menjadikannya realita. Tapi siapa sahabat anganku? Siapa dia? Aku ingin segera menemukannya, karna anganku tak mau membuat dirinya menjadi realita jika tak ada sahabat-sahabatnya. Rawr! Ingin rasanya ku menemukannya! Rasa ingin tahu yang bertubi-tubi membuatku lelah berpikir dan akhirnya terlelap seketika itu juga. “Nai, Banguun!!!” teriakan teman satu ranjangku itu memeberi pertanda bahwa hari sudah pagi, waktunya beraktifitas kembali dan pagi ini saya memutuskan untuk koordinasi kecil dengan partner baruku, asiiiik! Dengan segala pengertian tentang judul yang kita ambil akhirnya kita sama-sama mencari referensi untuk menunjang penelitian sebelum dikonsultasikan kedosen pengampu penelitian kita yakni bapak dosen ter-unyu, friendly, and easy going siapa lagi kalau bukan Bpk. Yusuf Ratu Agung, MA (hehehe)

Terik matahari dan panasnya kota Malang tak menghalangiku pun juga dengan partnerku untuk melangkah kedepan demi angan kita, angan tuk segera menyelesaikan penelitian, berangkat ke solo dan dengan bangga membawa nama baik almamater mempresentasikan hasil penelitian yang kita buat juga bertemu peneliti-peneliti dari berbagai negara dan universitas papan atas di Indonesia, stop! Cukup sudah aku tak mau teringat anganku yang belum menemukan sahabatnya. Huuuh.. lagi lagi teringat akan anganku itu, angan yang inginkan sahabat tuk membuatnya real. Dan sampai saat ini aku belum menemukan sahabatnya. Cuuuuss siang itu juga kita meluncur ke dosen pembimbing kita, beliau memberi saran untuk mencari skala Social Well-Being bagi lansia agar mempermudah penelitian yang kita lakukan, tak hanya itu proposal penelitian harus segera dikumpulkan dua hari setelah kita konsultasi. Huuuuuuuuh hembusan nafas datang dari rongga pernapasanku juga partnerku, semua sumber baik buku maupun internet telah kita jelajahi namun tak menemukan skala Social Well-Being, akhirnya saya mengambil keputusan untuk membuat skala sendiri. Cobaanpun menerjang semangat kita untuk menyelesaikan penelitian ini, bagaimana tidak? Disaat kita meneliti ujian akhir semester juga sedang berlangsung, jadi mau tidak mau bisa tidak bisa kita harus berbagi focus dengan UAS namun pada kenyataannya aku tak bisa, semangatku meneliti mulai terhapus dengan rangkaian jadwal uas dan kegiatanku diorganisasi lain dan sampai pada akhirnya penelitianku harus sampai pada tinjauan teoritik saja.

Holiday’s comiiiingg!! Seperti biasa, awal liburan adalah liburan yang dag dig dug, bagaimana tidak? Semua hasil belajar dibangku perkuliahan akan muncul diawal liburan ini. Tapi ada yang lebih mencekram daripada hanya sekedar nilai, aku kehilangan semangatku, aku melupakan penelitianku, aku melupakan segenap kegiatan diorganisasiku yang harusnya ada tenagaku didalamnya, dan mereka memerlukan tenagaku. Disetiap malamku aku selalu memikirkan hal-hal itu, mereka mengusik malam-malamku, sampai pada akhirnyaa aku kehilangan anganku.. tidaaak!! Mengapa bagini? Kemarin anganku masih ada, namun dia inginkan sahabat untuk mendampinginya, tapi aku gagal mencari sahabatnya, sekarang anganku pergi meninggalkanku. Aku harus berlari, setidaknya berteriak untuk menghentikan langkahnya.

Kicauan burung, suara ayam berkokok, dan udara yang sejuk adalah ciri khas desaku untuk menandakan bahwa mentari pagi sudah siap menyapa seluruh mahluk, tak terkecuali mahluk yang kehilangan angan dan semangatnya seperti saya. Dengan segenap kearifan suasana dipagi hari itu, saya mengumpulkan bongkahan semangat yang telah hilang. Well done! Saya merasakan semangat itu kembali, tak sekedar semangat namun lebih pada perilaku konkrit untuk menjadikan anganku realita, apa? angan? Welcome! Dia kembali lagi. Tapi yang tetap menjadi permasalahan adalah, siapa yang diinginkan anganku tuk mendampinginya agar dia menjadi realita? Siapa sahabat yang sering disebutnya? Entah. Hari ini adalah H-1 untuk kegiatan yang akan dilaksanakan organisasiku, aku harus bergegas! Memastikan segala persiapan harus sudah beres, peserta sudah lengkap, pemateri sudah siap, dan segala kebutuhan logistik yang diperlukan waktu hari H harus sudah ada. Dan tak lupa dengan penelitianku, hari itu juga aku membuat skala sebanyak 25 aitem seketika itu juga meluncur ke kantor kelurahan untuk meminta data seluruh lansia yang ada di Desa Sumberpucung. Keesokan harinya saya menguji coba skala dengan menyebarkannyanya ke wilayah Sumberpucung tepatnya di RT.05, berbagai kesulitan saya temui pasalnya subject penelitian ini adalah orang-orang lansia mereka sulit membaca dan tugas saya adalah harus membacakan kuisionernya sampai subject saya memahami maksud dari setiap aitem yang saya buat dilanjutkan dengan penghitungan dan uji reabilitas, finally ada 6 aitem yang gugur dan 19 aitem fix untuk penyebaran skala selanjutnya.

Selesai sudah tugas pertama saya pada hari ini, tugas kedua saya adalah melancarkan kegiatan dari organisasi saya yang kebetulan bertempat di Sumberpucung tepatnya di Pesantren Rakyat Al-Amin. Pukul 15.00 sahabat-sahabat peserta dan pemateri tiba dilokasi, saya bertugas mendampingi mereka serta mengarahkan segala keperluan untuk empat hari kedepan, sayangnya saya tak bisa mengikuti sampai akhir acara karna pada tanggal 9 saya harus sudah berangkat ke Solo serta mempersiapkan segala keperluan dan kebutuhan, tapi setidaknya saya ikut andil dan bertanggung jawab dalam kegiatan ini hehe. Disana tepatnya dilokasi pelaksanaan kegiatan saya bersama sahabat-sahabat yang lain berjaga hingga dini hari sembari saya menulis kelanjutan untuk penelitian saya yang memasuki tahap metodelogi penelitian. Tak berhenti disitu perjuangan saya berlanjut dengan menyebarkan skala yang sudah diuji reabilitasnya, uji skala selanjutnya bertempat ditempat yang sama yakni Sumberpucung namun kali ini berada di RT.04 kendalanya sama dengan penyebaran skala sebelumnya yakni pemahaman subject tentang aitem-aitemnya, sekali lagi saya harus memahamkan mereka.

Dengan keseluruhan hasil yang saya peroleh saya memutuskuan untuk kembali kekota tempat saya menimba ilmu, kota Malang tempatnya dan tepatnya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang sepanjang sejarah merupakan universitas yang memiliki nama terpanjang dikota Malang dan sepertinya diseluruh Indonesia hehe. Setiba disana saya bertemu dengan partner saya dan mendiskusikan hasil dari masing-masing tugas yang sudah kita bagi sebelumnya, tak lupa juga mendiskusikannya dengan dosen pembimbing kita Bpk Yusuf Ratu Agung,MA setelah itu kita memutuskan untuk pulang, saya pulang ke kos dan partner saya pulang ke pondok untuk sekedar berlatih agar presentasi yang kita bawakan tidak mengecewakan dan menuai hasil yang memuaskan.

Hari yang dinanti-nantipun tiba, hari itu adalah hari kamis 9 Januari 2013 dimana segenap kontingen khususnya PLCers berangkat menuju kota tujuan. Solo adalah tujuan utama kita, dikota itulah kita akan mempresentasikan seluruh hasil dari segala usaha dan jerih payah kita didepan kontingen-kontingen Asian Association of Indigenous and Cultural Psychology (AAICP) Conference. Semangat yang berkobar mendampingi setiap kontingen Fakultas psikologi UIN MMI Malang yang siap beradu intelektual. Hari itu seluruh kontingen UIN MMI Malang diharuskan berkumpul digedung fakultas psikologi tepat pukul 16.00 guna melakukan gladi bersih dan brefing tapi sayangnya tradisi Indonesia masih melekat pada diri mahasiswa dan dosennya, tradisi itu tidak lain dan tidak bukan adalah Ngaret hehe seiring tradisi yang melekat waktupun ngaret sampai sekitar 19.30 para kontingen baru menaiki mobil masing-masing yang berjumlah empat mobil, dengan mengucap basmallah dan demi mengharap ilmu yang manfaat serta ridha Allah akhirnya kita meluncur ke kota Solo, dan dalam perjalanan saya tak banyak melakukan aktifitas, tau-tau Jumat pagi sekitar jam 06.30 saya sudah sampai dikota Solo tepatnya di Surakarta (hehe) dan rombongan dimobil yang saya naiki ternyata tertinggal oleh rombongan mobil yang lainnya terpaksa kita berputar-putar kota Solo sejenak untuk mencari kediaman Ibu Yulia Solichatun sebagai tempat singgah sementara kami selama di Solo, satu jam genap berlalu setelah kita berputar kota Surakarta akhirnya kita menemukan kediaman Ibu Yulia, senyuman dan sapaan manis beliau menyambut kami yang masih lusuh dan acak-acakan, maklum belum mandi hehe.

Tak perlu menunggu waktu lagi kita segera bergegas untuk membersihkan diri sembari mengisi daya alias ngecharge Hand Phone yang sudah lama mati. Air di Solo ternyata tak sesegar air di Malang meskipun sudah mandi badan masih tetap saja gerah hehe setelah semua ready kontingen UIN MMI Malang langsung meluncur ke Graha Solo tempat dimana Asian Association of Indigenous and Cultural Psychology (AAICP) Conference berlangsung, sesampainya disana sambutan dan senyuman panitia seolah melepas lelah perjalanan panjang kami sembari memberikan sebuah tas yang berisi buku abstract, buku schedule, block note, id card, pena, dan sedikit selebaran selayang pandang kota Solo, antusiasme panitia menggiring kami kelantai tiga gedung Graha Solo yaitu tempat dimana Workshop dari profesor-profesor dari penjuru Asia mempresentasikan abstractnya masing-masing, diantaranya adalah; Prof. Alpana dari India, Prof. Akira Tsuda dari Kurume University-Jepang, dll.

Jam tangan manunjukkan pukul 11.30 pertanda workshop telah berakhir dan dilanjutkan Lunch  serta memberi kesempatan bagi kontingen muslim untuk melaksanakan ibadah sholat Jumat. Sembari menunggu waktu saya dan partner saya Wiwin sedikit melakukan pemanasan diluar gedung agar presentasi pada jam 15.30 nanti tak mengecewakan, beberapa menit setelah latihan ternyata panasnya kota Surakarta membuat kami kembali memasuki gedung Graha Solo dan ikut serta menyaksikan presentasi dari beberapa teman kami yang mendapat giliran saat itu baik oral presentation maupun poster presentation, oral presentation adalah presentasi dengan media power point yang dilakukan diruangan tertentu dan dihadiri oleh kontingen dari universitas dan Negara lain, berbeda dengan poster presentation yang pelaksanaannya berada di outdoor dengan media poster. Tak terasa it’s time to coffee break itu artinya waktu untuk saya presentasi semakin dekat! Setelah menyantap kue dan kopi para kontingen UIN MMI Malang menyempatkan untuk berfoto didepan banner AAICP hehe but its 15.30 o’clock! Saya beserta partner menuju ruangan dilantai dua untuk mempresentasikan abstrak yang telah kita buat dengan penuh perjuangan (lebay dikit) hehe “The Third presentation will be presented by Naila Kamaliya” said the chair, waw it’s our time dude! Dengan kepercayaan diri yang sudah terkumpul akhirnya saya dengan partner saya mempresentasikan hasil kami under the title “Effect of Tahlilah To The Elderly Well-being” setelah berhasil dipresentasikan sekarang waktunya untuk sesi tanya jawab, banyak pertanyaan yang membangun dan para audience sangat antusias dengan penelitian kami, mereka banyak memberi masukan demi perbaikan penelitian kami kedepannya, thangyouu so much. Setelah semua kontingen diruangan itu mempresentasikan masing-masing abstractnya tiba saatnya penyerahan serifikat As presenter kepada masing-masing kontingen yang telah sukses menjadi presenter dari abstraknya, congratulation to us!

Tak terasa warna langit yang cerah mulai memudar bergantikan kegelapan malam, itu artinya kita tak lagi ditemani sang mentari, bulan dan bintanglah yang akan menemani malam-malam kita dikota ini. Malam mulai larut waktu makan malampun sudah kita lewatkan namun kita tak bisa langsung pulang kekediaman Ibu Yulia karena mobil yang tadi mengantar kami masih akan datang menjemput kita pukul 21.00 nanti. Sambil menyelam minum air, sambil menunggu mobil kita memutuskan jalan-jalan kesamping keraton Solo yang kebetulan ada bazar dan semacam pasar malam disana. Puas berjalan-jalan aku dengan sahabat-sahabatku Fira dan Wiwin memutuskan kembali ke Graha Solo meskipun sempat kesasar dan harus berjalan memutari keraton haha beruntung disana sudah banyak kakak-kakak yang sudah ready untuk kembali kepenginapan, akhirnya dengan beberapa orang yang sudah ada kita bergegas kembali terlebih dahulu didampingi dengan Mas Jemmy dan Pak Anwar Fuady a.k.a Pak Aan. “Happy Birthday Pak Aan, Traktiraaaan!!” teriak teman-teman satu mobil, ternyata hari itu Pak Aan ulang tahun dan dengan baik hati beliau menraktir kami di angkringan dekat kediaman Ibu Yulia, yang lain jangan iri yaa! Lain kali pak Aan ditagih lagi aja haha. Tak perlu berlama-lama karena memang kondisi tubuh yang menginginkan istirahat dengan dalih esok hari masih ada rangkaian aktifitas yang perlu diikuti sehingga kita melejit pulang kekediaman Ibu Yulia untuk bersih diri dan bercumbu dengan mimpi.

Lalu apa kabar anganku? Perlahan dia membisikkan sesuatu, dia mulai membuka celah misteri yang selama ini kucari hmm sedikit lagi aku akan menemukannya, menemukan sahabatnya yang menjadikan anganku realita. Alarm saling berbunyi dan saut menyaut dipagi hari, pertanda kita harus bergegas bangun dan mempersiapkan diri untuk beraktifitas kembali. Setelah bersih diri Ibu Yulia yang baik hati telah mempersiapkan teh hangat dan sarapan khas Solo untuk kita, yummy! It’s delicious thangyouu miss. Tak terasa hari itu Sabtu 10 Januari 2014 merupakan hari terakhir kami dikota Surakarta, kamipun segera mengemas barang-barang untuk dibawa pulang, dan mobil sudah datang waktunya kami menuju mobil dan kembali ke graha Solo. Eits tapi sebelum kesana kami memutuskan untuk berbelanja dulu hehe

Setelah mobil sudah diparkir rapi dihalaman Graha Solo kamipun menuntaskan niat kami untuk berbelanja. Saya dan teman-teman yang lain memutuskan berbelanja di Pasar Grosir Solo (PGS) yang letaknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Waktu makan siangpun tiba, saatnya kembali ke Graha Solo untuk menyaksikan teman-teman yang akan mempresentasikan posternya dan tentunya untuk makan siang juga, sebelum makan saya dan mantan presiden DEMA-F Psikologi sebut saja dengan mas jeki melakukan sedikit pembicaraan dengan mahasiswa UNS selaku panitia AAICP yang ke 5 ini, ternyata seluruh kepanitian AAICP ini dihandle oleh mahasiswa psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS) dan tak sembarang orang bisa menjadi panitia ajang internasional ini, mereka harus melakukan interview dahulu kepada ketua pelaksana acara ini yaitu salah satu dosen di UNS, setelah lolos tes interview barudeh mereka bisa menjadi panitia 5th AAICP conference ini. Tak lama berbincang saya beralih posisi untuk melihat presentasi poster dari kontingen UIN MMI Malang, sayangnya saya hanya bisa berdiam diri dengan teman-teman yang lain dikarenakan mata kiri saya yang semakin membengkak karena sengatan hewan yang sampai saat ini masih belum diketahui jenis hewan apa yang menyengat mata saya -_- tapi saya ikut senang melihat teman-teman menjalin komunikasi dari kontingen lain seperti kontingen dari UGM, UNDIP, Paramadina,UIN Riau, dan kontingen dari universitas luar negeri dan tak disangka-sangka banyak pujian yang terlontar untuk kontingen UIN MMI Malang, so excited and gargerous!

Teka-teki itu mulai terbongkar, semakin aku melalui hari-hariku semakin pula aku mengetahui maksut dari anganku, aku semakin memahami siapa yang diinginkan anganku untuk mendampinginya agar dirinya menjadi realita, semakin aku merajut cerita-cerita kehidupan semakin pula aku mengerti tujuan berangan-angan. Ternyata selama ini aku telah mengenalnya, dan kadang juga bersamanya, dia adalah “semangat”, “usaha”, dan “doa” angan tak akan mencapai eksistensinya jika tak ada semangat, usaha, dan doa. Angan tak akan menjadi realita jika kamu hanya berdiam diri tanpa progresifitas yang nyata. Angan akan tetap bergantung di awan khayalan jika kamu kehilangan salah satu aspek dari ketiga teman baiknya yang bernama semangat, usaha, dan doa. So if you wanna your dream tobe a reality, keep on spirit, keep on effort, keep on pray!

Perjalanan yang cukup panjang bukan? Setelah dua hari menjelajahi kota Solo sekarang waktunya kembali ke kota Malang tercinta, disela-sela perjalanan kita juga wisata kuliner loh! Kuliner sesi pertama adalah masakan padang restoran Mentari Pagi dan dilanjutkan pecel tumpang Kediri pada keesokan harinya, tidak hanya itu sesampainya di Pujon rombongan kami mampir ke wisata pemandian air hangat “Cangar” tapi sayangnya saya harus pulang terlebih dahulu dengan mbak Chusna dan mas Jeki karena kondisi mata saya yang tidak memungkinkan.

Akhir kata, teruslah berangan-angan! Tapi jangan lupa anganmu tak akan mencapai eksistensinya jika tak bersahabat dengan semangat, usaha, dan doa. Cogito Ergo Sum –Rene Descartes

TUHAN DALAM OTAK

Mengapa kita meyakini Tuhan? Mengapa kita mempercayainya? Mengapa kita seolah mengetahui Tuhan dan menggap-Nya ada? Mungkin pertanyaan – pertanyaan semacam itu sering menghantui otak anda. Seperti yang kita ketahui otak merupakan bagian tubuh yang paling vital dan kita tak dapat hidup tanpa otak, karena otak merupakan pusat dari seluruh proses yang terjadi dalam tubuh dan proses yang paling penting adalah proses penerimaan segala informasi yang ada pada sekililing kita. Dalam pemrosesan informasi tentu otak membutuhkan stimulus yang dapat dikenali oleh indra untuk kemudian dapat dipresepsi oleh otak itu sendiri lalu bagaimana kita mengetahui sesuatu tanpa adanya objek yang dapat dikenali oleh indra? Seperti halnya yang telah tertanam dalam pada otak anda semua dan hal itu tanpa sadar telah anda yaikini, tidak lain dan tidak bukan adalah meyakini Tuhan semesta alam.

Aneh tapi nyata. Ungkapan tersebut patut dilontarkan pada otak kita pasalnya otak kita mampu menyimpan memori Tuhan pada memori jangka panjang (Long Term Memory) meskipun kita tak pernah mengindra Tuhan. STOP! Jangan sesekali terbesit dalam pikiran anda jika saya akan membahas Tuhan secara Tasawuf Falsafi. Kita bukan lagi menanyakan asal muasal Tuhan tetapi artikel ini akan membahas mengapa otak kita mampu menerima dan menyimpan segala informasi tentang Tuhan yang tak ter-indera itu dan mungkin ini akan terlepas dari apa yang anda fikirkan semua. Let me show you!

Mungkin anda tak pernah menyadari mengapa anda tiba – tiba meyakini dan mempercayai Tuhan ataupun seolah – olah tahu bahwa Tuhan itu memang ada, wait.. saya rasa bukan mungkin lagi tapi anda tidak pernah menyadarinya. Ya anda memang benar – benar tidak menyadari bahwa otak anda mampu menerima dan memahami Tuhan yang tak ter-indera itu. Sebagian besar dari anda hanya ber-alibi bahwa “Kita Meyakini Tuhan karena kita dapat mengindera ciptaannya” nonsen! Mengapa? Ingatkah anda waktu kita masih kecil kita sangat yakin jika Tuhan itu ada, kita berlomba – lomba sembahyang berjamaah dengan teman – teman sebaya untuk mendapatkan pahala, oke jika tidak ingat lihatlah adik atupun anak – anak kecil disekitar anda betapa polosnya mereka terhadap Tuhan, mereka meyakininya begitu saja, padahal diwaktu itu kita masih tidak tahu jika Tuhan bisa menciptakan langit, laut, a.k.a semesta alam. Wake Up! Itulah kita dimasa lampau, kita selalu diberi “hegemoni” Tuhan sedari kita lahir didunia ini. Setelah dokter atau dukun bersalin membasuh darah yang ada pada diri kita sewaktu keluar dari rahim Ibunda bisikan adzan dari ayah, kakek, maupun saudara laki – laki kita dilantunkan pada telinga kita, itulah pertama kalinya kita diperkenalkan oleh orangtua kita bahwa kita memliki Tuhan yang otomatis otak kita telah menerima dan memproses stimulus tersebut lewat indera pendengaran.

Tidak berhenti sebatas itu, orangtua kita selalu memberi tahu dan mengajari kita sembahyang atau apapun informasi yang berkaitan dengan Tuhan secara terus menerus. Sesuatu yang distimulikan berulang – ulang pasti akan ditangkap dan dimengerti oleh otak kita karena hal tersebut dianggap sebagai hal yang important, urgent, and personal hal tersebut tanpa kita sadari telah mengkonstruk otak kita untuk meyakini dan mempercayai bahwa kita memiliki Tuhan sehingga Tuhan ada pada ingatan kita yang paling lama, dalam, dan tajam (Long Term Memory) , tak hanya itu kebudayaan dan lingkungan sosial juga membentuk otak kita untuk meyakini Tuhan artinya konstruksi sosial juga mempengaruhi pemrosesan informasi kita terhadap Tuhan. Intinya adalah kita ini tak semena – mena mengetahui Tuhan apa adanya namun ada proses kognisi didalamnya yaitu proses yang melibatkan otak kita. Itulah yang membedakan antara manusia dengan hewan, sesama mahluk yang memiliki otak namun otak manusia memiliki bagian yang membuatnya bisa bernalar atau dalam hal ini adalah proses kognitif. Maha besar Allah yang telah menciptakan otak kepada manusia, karena tanpa adanya otak pasti kita tak akan mengenali-Nya. (naa)

 

Masih bercumbu dengan SIMPLE

Setelah sekian lama vacum dengan dunia ‘perdesainan’ kini ilmu yang sudah ku geluti sejak menginjakkan kaki dibangku madrasah tsanawiyah a.k.a SMP sudah mulai ku ambil dari kardus usang.

Singkat tentang desainku, dahulu ketika masih belajar mendesain mungkin hampir tidak ada ciri khas khusus dari karya yang kubuat namun semenjak masuk madrasah aliyah a.k.a SMA perlahan ide – ide terus bermunculan tentu semua itu tak terlepas dari peran penting pihak – pihak yang sudah banyak menginspirasiku, utamanya pada MITC ( MAGESA IT Club) tercinta yang sudah memeberi ilmu khususnya dibidang IT dan telah memeberikan sumbangsih terbesar dalam inspirasi kotorku hehe.

SIMPLE adalah ciri khas yang selalu ada dalam karya desainku, you may not know why i choose SIMPLE for my design first i didn’t like design with many object that make those design look like ‘semrawut’ hehe . Steve Jobs say that design is not just what it looks like design is how it works. Your critical can make me moving forward, so am waiting for your extreme critical on my design, PRESS the PROJECT column to see my older design. Thangs for pay attention to my blog. Keep enjoy! Keep creative! ’cause to live a creative life we must lost our fear of being wrong 🙂

Image

Image

Image

Personality

Happy Friday dude! Today i start my friday with psychologycal personality lesson. In this lesson i learn the introduction of personality theories, maybe this ‘mini’ article can make you all understand about the word called personality. Check this out!

Personality is a word that we’re use daily, but what do you think about personality? Maybe you’ll think about person, character, or judgement. We All know that every human in this word are has their own personality, but not all human know the nature of personality it self. Personality is deliver from yunani’s language persona, in that language defined as mask. Personality is a human tool to imagine their self with their environment and the others. Heredity, gen, and environment is an aspect to build human personality.

Gender is Too Sexist Today

Dunia adalah panggung kausalitas manusia dimana peran manusia sangat bersinergi dengan alam, Tuhan, dan sesamanya . Sesama manusia tak lagi sama sekarang, dominasi laki – laki dan penyetaraan perempuan dengan penindasan menjadi keprihatinan dalam pemahaman peran  gender yang sebenarnya. Gender merupakan peran atau tanggung jawab antara perempuan dan laki – laki yang diciptakan oleh lingkungan atau hasil dari konstruksi sosial dan budaya, hal ini membuat gender memiliki peran yang dinamis dan selalu berdampingan dengan perkembangan zaman.  Peran gender dengan kodrat manusia tidaklah sama, kodrat merupakan pemberian Tuhan kepada perempuan maupun laki – laki yang sifatnya tidak dapat dipindah tangankan. Perempuan memiliki kodratnya tersendiri  begitu juga dengan laki – laki kodrat perempuan adalah hamil, melahirkan, menyusui, menstruasi, memiliki sel telur dll. Sedangkan kodrat laki – laki adalah memiliki sperma, testis, dll. Sedangkan peran gender adalah tanggung jawab yang bisa dilakukan oleh laki – laki maupun perempuan. Sampai saat ini masyarakat Indonesia masih menafikkan peran gender yang sebenarnya, mereka beranggapan bahwa laki – laki adalah tonggak keberhasilah sebuah sistem dan perempuan Indonesia –pun masih ada yang mengaku bahwa kodrat dia dilahirkan adalah untuk memasak, mengasuh anak, dan hal – hal lain yang hanya melibatkan dirinya diwilayah domestik. Patriarkisme tersebut terjadi karena terjangan konstruksi sosial dan budaya telah membentuk pikiran perempuan Indonesia sehingga mind set perempuan Indonsesia hingga saat ini masih terlalu sexist.

Seringkali perempuan diidentikkan dengan mengasuh anak, memasak, menyapu, dan hal – hal lain yang dilakukan diwilayah domestik, hal tersebut bukanlah kodrat melainkan peran gender yang dapat ditangani oleh perempuan dan laki – laki terlepas dari kodrat mereka  sesungguhnya. Menurut Oakley menjadi Ibu bukanlah kodrat perempuan namun menjadi Ibu adalah serangkaian sosialisasi yang diterima oleh anak – anak perempuan, hingga kini masih banyak media yang menayangkan perempuan – perempuan Indonesia dengan segenap ke-sexis- annya, tak heran jika hegemoni tersebut melekat pada konstruksi pikiran perempuan – perempuan Indonesia hingga saat ini, penegakkan hak asasai manusia dan hak asasi perempuan tak akan mencapai ekspektasi jika keadilan dan kesetaraan gender tidak bisa diwujudkan.

Keluar Dari Belenggu Kehangatan Dunia

Post by. Naila Kamaliya

Untuk kalian semua yang masih merasa terbelenggu dengan kehangatan dunia ..

Ini hanya sepenggal cerita dari seorang gadis usang dalam pencarian diri dan dunianya dan juga obsesinya menjadi seorang dokter.

Sejenak ,aku panggil kembali memoriku mengapa aku memilih menjadi seorang dokter ,aku berpikir ulang mengapa aku mengambil dan memilih jalan ini untuk masa depanku ,namun apakah aku ini sudah peka terhadap masyarakat di Negeri ini -setidaknya masyarakat disekitar tempat tinggalku?. Apakah aku sudah meberikan kontribusiku kepada mereka? -entah. Menjadi seorang dokter adalah obesesiku sejak kelas XII Madrasah Aliyah a.k.a SMA.

Sepintas memilih menjadi seorang dokter adalah memilih menjadi sosok yang akan memiliki kedudukan sosial yang tinggi

Sepintas memilih menjadi seorang dokter adalah memilih menjadi sosok yang akan sangat dikagumi

Sepintas memilih menjadi seorang dokter adalah memilih menjadi sosok yang akan dianggap sangat pintar dan cerdas

Sepintas memilih menjadi seorang dokter adalah memilih menjadi sosok yang akan sangat kaya raya dan sejahtera yang memiliki mobil mewah dan rumah megah

Sepintas memilih menjadi seorang dokter adalah memilih menjadi sosok yang akan menjadi panutan masyarakat

tetapi itu semua hanyalah buaian ‘sepintas’ saja, itu hanya angin sepoi-sepoi yang dibawa oleh ‘sepintas’ku.

Lagi – lagi aku terjebak dengan iming – iming selimut hangat dunia yang tidak lain dan tidak bukan adalah kenikmatan – kenikmatan yang tersedia didunia ini, dan lagi – lagi aku tak menemukan hakikat dari dunia ini. Ya, sudah berulang kali seperti ini. Lebih bodoh daripada keledai bukan? semoga kalian tidak seperti itu -semoga. Selama ini arus ombak kenikmatan bergerak cepat dan mematikan pikiranku. tak seharusnya aku mengikuti arus ombak itu. Memang penyesalan selalu datang pada akhir cerita, cerita yang berakhir “sad-ending” tentunya.

Saat itu ‘ego’ku berkuasa penuh atas diriku “Aku harus menjadi seorang dokter”. Obesesiku telah menjadi nahkoda dimana ‘aku’ yang sesungguhnya tak tau siapa ‘aku’ menjadi kapalnya. Dan tibalah saat penentuan apakah obesesiku memang menjadi obsesi yang menghasilkan buah manis dari keobsesianku atau malah sebaliknya menjadi boomerang bagi diriku ini ,dan ternyata kenyataanlah yang menjawab kerisauan obsesiku ini. Bukan kenyataan manis dan bukan kenyataan yang diharap – harapkan. Ya, Aku gagal. Dunia seakan berhenti berputar sejenak dan menertawakanku. Obsesipun hilang entah kemana perginya. Dia berhenti menjadi nahkodaku. Sedih, menyesal, tertekan, frustasi, seakan tak ada masa depan lagi.

Seperti biasa ,hari – haripun pasti berlalu. Rasa menyesal masih tetap ada ,dia menjadi nahkodaku sekarang, mengenaskan bukan? dan lagi-lagi semoga kalian tidak seperti ini -semoga. Aku telah menjadi mahasiswa dengan jurusan bukan kedokteran tentunya. Semangatku hilang entah kemana ,mungkin sudah tertelan ombak penyesalan -mungkin.

Dini hari itu aku terbangun dari tidur kelamku. tak sekedar bangun ternyata, aku memikirkan penyesalan ini, aku memikirkan aku dan keharusanku menjadi dokter. Aku berpikir tentang ‘Sepintas’ku.

Jika aku memilih menjadi seorang dokter hanya untuk memiliki kedudukan sosial yang tinggi, mungkin lebih baik aku meminjam ‘pintu kemana saja’nya doraemon untuk kembali ke ribuan tahun yang lalu dan menggantikan raja firaun di Mesir. Daripada disini menjadi seseorang yang merasa lebih tinggi derajatnya dan akan menjadi semena – mena terhadap kaum yang lebih rendah derajatnya.

Jika aku memilih menjadi seorang dokter hanya untuk menjadi seorang yang dikagumi, mungkin lebih baik aku merantau ke Ibu Kota saja untuk menjadi artis. daripada menggunakan topeng jas putih necis yang tak tau makna dokter sebenarnya.

Jika aku memilih menjadi seorang dokter hanya untuk dianggap pintar dan cerdas mungkin lebih baik aku memilih fakultas pendidikan saja untuk menjadi seorang guru, daripada menjadi seorang dokter yang seolah – olah cerdas dan pintar tetapi tidak kompeten menangani pasien – pasiennya.

Jika aku memilih menjadi seorang dokter hanya untuk menjadi sosok yang akan sangat kaya raya dan sejahtera yang memiliki mobil mewah dan rumah megah, mungkin lebih baik aku putus sekolah saja, dan uangnya bisa dibuat modal untuk memulai usaha. Daripada menjadi seorang dokter yang mengorbakan uang pasien dan orang tuanya untuk mengejar kekayaan.

Jika aku memilih menjadi seorang dokter hanya untuk menjadi sosok panutan masyarakat. Mungkin lebih baik aku masuk pesantren saja untuk mendalami ilmu agama. Daripada menjadi seorang dokter yang tak tau nilai dan norma bermasyarakat.

Titik inilah yang membuat fantasiku menjelajahi pikiranku. Ternyata obsesiku dulu terbungkus dengan selimut hangat dunia, ternyata obsesiku dulu hanya tertipu oleh ‘Sepintas’ku saja. Aku tersadar penyesalan bukanlah jalan untuk keluar dari belenggu kehangatan dunia. Kegagalan ini bukanlan kegagalan, ini adalah satu langkah untuk menjadikan aku lebih baik, dan akan menghasilkan berjuta langkah lagi  untuk menjadikan aku terus lebih baik dan lebih baik lagi. Karena kesempurnaan itu milik orang yang pernah merasakan gagal maupun berhasil. Dan cerita ini bukan lagi berakhir penyesalan atau bukan cerita yang “sad ending” karena hidup itu siklus yang harus dilewati, karena hidup itu seperti tesis antitesis yang terus berlangsung. Dan karena kita bukan Tuhan , karena hanya Dia yang bisa melihat kedepan dengan jelas, kita hanyalah gerbong – gerbong bobrok yang dibawa otau dikerek oleh lokomotif dan jelas tak mungkin tahu apa yang ada didepan lokomotif itu.

Stay Go On ! Stay Move On !

Akhir kata …

jangan biarkan kemarin mengambil peran terlalu banyak untuk hari ini
jangan biarkan kemarin mengambil peran terlalu banyak untuk hari ini

Satu Angkatan dan Satu Jiwa

 Post by. Naila KamaliyaHut-Indonesia-ke-67-tahun-2012-Apel-Photography-Walpaper-Indonesia

Aku, kamu, kita dan kalian belum merapat

Merapatlah sahabat

Apatis dengan hal lain, hanya terpaku dengan golongan kalian membuat kita mati

Perbedaan itu wajar sahabat

Tidak semua daun berwarna hijau –kan?

Tidak semua semua pohon tumbuh rindang –kan?

Jangan bicara dipunggung sahabat kalian

Utarakan sahabat

Setarakan tujuan kita sekarang

Udang tidak lagi dibalik batu –kan?

Rapatkan tujuan kita, jangan menerkam

Karena sahabat itu bukan hanya seperti embun

Yang datang, lalu hilang

Yang datang, lalu pergi –lagi

Yang menyegarkan, lalu tidak lagi

Sahabat tetap ada walau mendung menutupi

Sahabat menjadikan mendung tak kelabu lagi

Sahabat itu sesederhana bau tanah yang dibasahi hujan

Jalan kita memang berbeda sahabat

Aku, kamu, kita, punya jalan dan pintu masing – masing

Perbedaanlah yang menyelaraskan kita

untuk keluar disatu pintu, satu jalan

jalan yang terang seterang kuningnya sinar matahari

yaitu PMII!

seindah – indahnya kebersamaan

hanya mampu tercipta ketika kita bisa menerima perbedaan

merapatlah sahabat

berserulah untuk satu tujuan

selaraskan langkah kita untuk mencari kebenaran

sahabat, aku rindu kalian ..